Pages

Sep 13, 2021

Ziandra : "Ibu, Sakit Kusta itu apa?" Yuk kita cari tahu.

Apa yang terpikirkan saat mendengar kata "kusta"?

Beberapa waktu lalu, Ziandra, si sulung tiba-tiba bertanya "ibu sakit kusta itu apa?"

Yup, karena dia banyak sekali membaca buku, walau masih kelas 4 rasa ingin tahunya cukup besar. Dia membaca sebuah buku dan ada menyebutkan tentang penyakit kusta. Karena penyakit ini tidak familiar dibahas, maka ia menjadi penasaran akan penyakit itu.

Yang pertama terlintas tentu adalah orang dengan kondisi jari-jarinya yang membusuk sehingga harus diamputasi. Tapi saya tidak ingin beberikan jawab itu pada dia, karena ya saya hanya tau sebatas itu. Maka saya bilang, sebentar, ibu harus banyak baca dulu nanti kita diskusikan lagi, ya.

Saya sempat membaca beberapa tulisan tentang kusta, sebatas dipermukaan saja.

Namun, karena Ziandra tidak bertanya lagi tentang kusta dan banyaknya kegiatan, masalah tentang kusta ini sedikit terlupakan. Hingga beberapa waktu lalu komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis mengajak saya untuk ikutan menyimak Talk Show Ruang Publik KBR yang bertema "Gaung Kusta Di Udara". 

Pas banget, kan. 

Dari acara tersebut, ternyata kasus kusta di Indonesia masih ada, dan bisa dibilang cukup tinggi. Sedih banget, kan! Dan ada 8 daerah yang masih menjadi daerah endemis kusta, yaitu  Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Yup, semua berada di luar Jawa. Hal ini disebabkan karena salah satunya adalah asupan gizi yang kemudian berpengaruh pada daya tahan tubuh.

Namun, selain itu yang menjadi penyebab lain adalah kurangnya informasi tentang penyakit kusta ini dan terlebih masih banyaknya stigma-stigma negatif yang ada di masyarakat. Seperti, kusta adalah penyakit kutukan, penyakit yang menular, penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Padahal semua itu adalah hoax. Hal ini disampaikan oleh dr. Febrina Sugianto.

Apa sih gejala orang terkena kusta?

1. Terdapat bercak pada kulit dengan warna yang lebih cerah dari kulit sekitar

2. Pada bercak tersebut menjadi mati rasa.

3. Terdapat gangguan pada fungsi syaraf.

Nah, jika ada orang yang memiliki gejala tersebut, maka sebaiknya langsung diperiksakan di puskesmas terdekat. Masih berkembangnya stigma yang disebutkan sebelumnya, membuat seseorang yang sakit kusta kebanyakan kemudian akan dikucilkan, ruang geraknya akan semakin terbatas dan itu menyebabkan menjadi terlambat mendapatkan penanganan yang diperlukan. Sehingga bisa menyebabkan berbagai komplikasi yang bisa jadi makin membuat masyarakat makin percaya akan stigma yang berkembang.

Apakah penyakit kusta menular?

Padahal kenyataannya adalah bahwa penyakit kusta ini, ya menular, namun penularannya tidak semudah yang dibayangkan orang. Seperti hanya dengan bersalaman, duduk bersebelahan, atau makan di satu meja. Bahkan kusta ini tidak ditularkan dari ibu kepada janinnya. Terlebih lagi, apabila seseorang telah terdiagnosis kusta dan ia segera mendapat penanganan dan meminum obatnya, maka kemungkinan akan menularkan kusta akan semakin kecil.

Jadi, para penderita kusta ini tidak perlu sampai dikucilkan, bahkan penanganannya pun tidak memerlukan ruang isolasi tersendiri, seperti halnya yang sekarang sedang terjadi yaitu pada penyebaran covid.Selain itu, apa bila gaya hidup kita sehat secara tidak langsung akan membuat kita memiliki kemungkinan kecil untuk tertular kusta walaupun hidup dalam satu rumah.

Apakah penyakit kusta bisa sembuh?

Ya, penyakit kusta ini bisa disembuhkan loh. Saya dan suami yang mendengarkan acara itu, sama-sama berkomentar "ooooh, ternyata...". Jadi ketika seseorang terdeteksi mengidap kusta yang dia lakukan adalah memeriksakan diri ke puskesmas dan nanti akan mendapatkan obat sesuai dengan kebutuhannya. Dan, obat ini GRATIS!! Hanya saja karena pengobatan untuk kusta ini bisa dikatakan lama, 6-12 bulan dan harus pengawasan juga agar tidak sampai terputus, sehingga pengobatan bisa sampai tuntas dan sembuh. 

Dan sekali lagi, bahwa setelah meminum obat pertama, maka tingkat penularan penyakit ini akan semakin kecil. Jadi selain penanganan obat, yang perlu diperhatikan juga adalah tidak menjauhi penderita kusta.

Pagi itu, Senin, saya menyimak siaran langsung YouTube bersama suami, karena tugas menjelaskan pada anak-anak tentunya tugas sama-sama, kan. Hehehe. Dan ya, kami berdua banyak sekali masih terpaku pada stigma yang ada dan mendapat banyak sekali insight dari acara ini. Jadi terima kasih banyak kepada Ibu-Ibu Doyan Nulis yang mengajak ikut nyimak acara yang diadakan oleh KBR dan NLR. Lebih melek infomasi dan tentunya ikut menggaungkan tentang hal-hal terkait kusta ini, sehingga bisa makin menepis stigma-stigma negatif yang berkembang.


No comments:

Post a Comment