Pernah nggak diremehkan oleh orang lain?
Mungkin kita semua pernah merasakannya, yang berbeda dampaknya dan cara kita menanggapinya. Terkadang orang merasa asal komentar yang tak sadar bahwa apa yang ia lakukan sedang meremehkan, atau bahkan memandang rendah orang lain.
Satu kalimat, kita memang tidak bisa mengontrol orang lain untuk berkomentar atau berpendapat, yang dapat kita atur adalah bagaimana kita menanggapinya dan apakah itu akan mempengaruhi kita atau tidak.
Orang memang lebih mudah untuk
berkomentar, menganggap itu hanya sebuah komentar yang tidak akan bepengaruh
besar. Namuin ketika komentar itu ditanggapi entah disanggah atau bahkan
ditentang, malah yang komentar endingnya ngatain yang dikomentari sebagai orang
yang baperan. Pernah merasakan itu? Hahaha
Ada satu cerita, ini tentang
posisi saya yang hanya sebagai ibu rumah tangga. Tapi jika ditelisik sebenarnya
komentar ini juga meremehkan kemampuan suami. Saat saya dan suami memutuskan
memasukkan anak-anak ke sekolah swasta, dan kemudian orang taunya sekolah itu
biayanya lumayan mahal, komentar yang kami terima adalah "mampu kah
bayarnya, sedang yang menghasilkan uang cuma satu orang?"
Baca juga : Waktu yang tak kan kembali
Saat itu saya dan suami sih
diam saja, tidak menanggapi apa-apa. Cuma kemudian akhirnya jadi bahan obrolan
kita berdua. Apakah salah, posisi saya yang tidak menghasilkan uang? Apakah
salah jika kami ingin memasukkan anak-anak ke sekolah yang menurut kami cocok
dengan mereka?
Ya, dari satu komentar itu yang
timbul adalah rasa rendah diri saya. Ketika saya tidak menghasilkan apa-apa
seakan saya ini hanya menjadi beban bagi suami, belum lagi kemudian anaknya
dimasukin sekolah yang bagus. Untungnya suami bisa sih membuat saya nggak
rendah diri lagi, dengan caranya tentunya.
Tetapi komentar itu akhirnya
membuat kami membicarakan lebih lanjut masalah keuangan.
Saat itu memang kebutuhan
paling besar adalah di sekolah, dan waktu itu yang sekolah baru satu anak.
Bagaimana kalau dua, emang sanggup.
Suami kemudian mengingatkan,
bahwa segala rejeki itu Allah yang atur. Dan rejeki anak-anak itu jangan
disepelekan. Asalkan kita (saya dan suami) yang dititipi bener-bener
mengusahakan. Selebihnya serahkan pada Allah.
Tapi dalam perjalanannya,
apakah semudah itu?
Tentu tidak!
Uang gaji tentu sudah
diperhitungkan dan diplot sedemikian rupa hingga yang pasti kebutuhan akan sekolah
dan kebutuhan akan menjadi pengeluaran utama begitu gaji diterima.
Nabung?
Jika semua pakar keuangan
bilang, sisihkan uang diawal jangan menabung dari sisa. Ini awalnya sulit kami
lakukan. Apalagi nabung secara personal. Ditaruh di bank yang ada ATMnya, bulan
ini nabung bulan depan eh udah kepake aje. Hahaha. Walau ya, kami masih
memiliki post tabungan yang tidak terpakai walau nilainya nggak sebanyak yang
dianjurkan oleh pakar, hahaha.
Belum lagi jika kemudian ada
pengeluaran dadakan. Ini yang kadang paling horor.
Awal pernikahan, bisa dikatakan
saya dan suami benar-benar harus belajar banyak mengelola keuangan. Kondisi “besar pasak daripada tiang” awal-awal anak
sekolah dulu sering terjadi. Hingga akhirnya membuka beberapa post tabungan
yang seharusnya tidak diusik.
Sebelum punya anak masalah
keuangan tidak seberapa diatur, istilahnya losss aja gitu. Nabung ya dari uang
sisa aja, kalau pengen aja, hahaha, jangan ditiru.
Begitu punya anak kebutuhan nambah, kondisi
keuangan ada peningkatan tidak sesignifikan kebutuhan, kadang kondisi itu yang
membuat semua jadi terasa salah.
Mengusahakan pemasukan lebih
tentu dilakukan, tapi yang paling penting adalah pengelolaan keuangannya. Mulai
sadar dengan dana darurat, mulai melek tentang musti nabung yang bagaimana.
Rasanya itu yang lebih penting supaya uang tidak mengalir begitu saja tanpa
jelas apa yang akhirnya kita dapat.
Komentar orang tadi, dan kemudian juga kondisi
dimana merasakan pengeluaran rasanya tidak sebanding dengan pemasukan membuat
saya dan suami lebih melek akan banyak hal tentang keuangan. Walau mungkin
kondisi keuangan kami mungkin masih tergolong pas-pasan, namun setidaknya tidak
sampai mengalami menggunakan tabungan yang memang disimpan untuk persiapan hal
lain dimasa yang akan datang.
Kamu punya pengalaman dalam hal
keuangan? Boleh loh berbagi di kolom komentar.
No comments:
Post a Comment