- Tentang Pertemanan -
Terkadang saya bingung jika diajak bicara tentang pertemanan
dan lika likunya. Drama-drama pertemanan, rasanya saya kurang berpengalaman
dalam hal ini. Kalau dibilang ansos, juga nggak tetapi ketika ditanya tentang
teman dekat, rasanya saya bisa hitung hanya dengan jari di satu tangan saja.
Bukan berarti saya tidak menganggap orang-orang yang sudah
dekat dengan saya selama ini bukan teman, bukan.
Tapi, ketika kita hanya mengenal seseorang dari media sosialnya saja, atau sekedar saling
sapa dan bicara di grup WA tanpa ada saling interaksi lain, ya tetap sebagai
teman, tapi tidak lebih.
Karena tidak lebih itu, jadinya ketika ada pertanyaan “bagaimana
menghadapi teman yang menyebalkan?”. Sebenarnya jawabannya simpel, cukup
abaikan. Hahahaha. Terlebih jika itu di
media sosial. Kadang eneg juga ya ketika melihat postingan teman yang segala
aib diumbar lah, atau saling sindir, atau kemudian berpandangan politik
berbeda.
Kalau di status WA kadang mungkin saya yang menyebalkan bagi
sebagian yang mengenal saya, hahaha. Dimana saya kadang langsung samber saja
jika tulisannya itu tidak sejalan dengan saya. Bagi saya mending langsung
begitu sih, langsung samber dan kemudian menghasilkan diskusi, yang apapun
hasilnya ya akhirnya menentukan juga kan tingkat kedewasaan seseorang, hahaha.
Sekali lagi ini menurut saya.
Apa saya tidak pernah saling sindir di status atau media
sosial?
Wah ya pasti pernah lah, kadang saya mengungkapkan pendapat
saya melalui media sosial kemudian ada yang tidak terima kemudian langsung buat
status balasan dengan sindiran. Tapi saya berusaha tidak membalas sindiran
begitu itu sih, hahaha. Kalau dulu mungkin ia, tapi makin kesini sudah jarang
sekali.
Sekali lagi, semua akhirnya kembali kepada diri
masing-masing orang. Bagaimana cara dia melegakan hatinya. Dan kita tentu nggak
bisa berharap semua orang akan seperti kita, kan?
Media sosial tempat orang beropini, jikapun kemudian itu
kita tidak sependapat ya tinggal tindak lanjutnya aja bagaimana. Dan yang nggak
kalah penting untuk disadari adalah tindak lanjut yang kita lakukan itu juga
akan dinilai orang lain. Yang kemudian akan menghasilkan opini lain lagi, dan
mungkin berbeda lagi dengan kita.
Tentang pertemanan ini ada yang kemudian saya ajarkan pada
anak saya. Bahwa ya, berteman memang tidak boleh pilih-pilih. Tapi kita juga
harus peka melihat mana pertemanan yang membawa kita pada kebaikan, mana yang
toxic. Kemudian juga jangan takut untuk tidak memiliki teman, dengan demikian
kamu akan lebih berani mengambil langkahmu sendiri. ;)
Kenapa hal itu yang saya tekankan pada anak saya? Nanti saya
ceritakan di post lain waktu ya. Post ini saya buat untuk menerima tantangan
dari Ning Blogger Surabaya ;)
Aku tertohok, wkwkwkw
ReplyDeleteSoalnya kapan hari dianggap alay bin lebay karena postingan medsos
La ga hanya saya yang begitu, apalagi dianggap akun olshop wkwkwkw