Iri, ini salah satu penyakit hati yang semua orang punya tapi nggak semua orang bisa mengendalikan. Beberapa waktu lalu, seorang teman tiba-tiba berkata 'duh! paling nggak enak itu ya kalo ada orang iri sama kita dan kita tahu, padahal ya apa sih yang bisa diiriin'.
Iri itu gampang-gampang susah dikendalikan, tapi kalau sudah ada orang yang iri sama kita... itu sudah diluar kendali kita, ituuuu yang susah.
"Urip iku sawang sinawang" kalimat yang selalu jadi nasihat buat orang yang ketika curhat terindikasi ada rasa iri. Ya, karena memang kan rumput tetangga rasanya lebih hijau. Hahaha. Kita cuman liat hasil akhirnya, nggak lihat proses supaya jadi hijau dan indah. Dan belum tentu yang buat kita indah, buat si empuya malah terasa biasa.
Sempat seorang teman ketika ada indikasi teman kerja yang iri dengan prestasinya, ia berkata "mereka itu iri kok cuman sama hasil, coba mereka mau nggak gantiin semua tugasku supaya dapet prestasi kaya aku. Pulang selalu melebihi jam seharusnya, job desk yang sudah serasa beranak pinak... Mau nggak?"
Dan yang saya alami sendiri, ketika seorang bertutur "duuuuh, pengen deh anakku seperti ziandra zianka, yang tidur teratur, makan segala mau" tapi begitu dikasih tips tips ngeles, "aduh anakku itu rempong mbaaak." Laaaaah dikira awal-awal duo bocah ini nggak rempong apa yak, wkwkwwk.
Ya, nggak jarang yang dilihat hanya enaknya aja, hasil akhir yang pass sukses... Tentang usaha, sempat gagal dan segala macam likunya seakan tak pernah ada.
Seperti pernah saya ngobrol dengan teman kuliah dulu, dan saya bilang 'iiiiiih... pengen deh kerja' ketika dia sedang bicarakan dunia kerjanya. Tapi kemudian dia menanggapi, 'yaelah, aku aja pengen jadi ibu rumah tangga' hahahaha. Endingnya, ya sampe sekarang kita diposisi masing-masing, teman saya sebagai working mom dan saya sebagai stay at home mom.
Kembali ke cerita teman saya yang pertama, yang bikin saya kaget adalah gimana rasa iri itu bisa menimbulkan rasa benci. Bagaimana teman saya akhirnya dimusuhi, tanpa teman saya melakukan perbuatan salah pada orang yang iri padanya.
Rasa iri, bisa dikendalikan kok. Jadikan rasa iri itu sebagai cermin.
Ya, cermin untuk makin memperbaiki diri, intropeksi diri, memotovasi diri untuk menjadi lebih baik. Dengan begitu, kita akan sedikit bisa melihat bahwa untuk menjadi seseorang yang meraih titik tertentu itu juga butuh perjuangan. Hanya kadang yang terlihat hanya hasil akhirnya saja.
Bahkan ke anak-anak, kadang beberapa orang ketika anak iri atau kemudian jadi pengenan dengan barang orang lain itu dianggap wajar, toh masih kecil. Ooooh, buat saya... big NO! Kalau anak sudah menunjukkan iri tentang sesuatu, ajak bicara... paling tidak jika terasa susah menjelaskan bahwa iri itu nggak boleh... ajak mereka melihat hal lain yang mereka bisa syukuri.
Sawang sinawang, ini yang harus diajarkan ke anak. Tunjukkan apa yang mereka punya yang mungkin temannya nggak punya, maka wajar kalau temannya punya dan dia NGGAK harus punya juga.
Mengendalikan iri itu susah, begitu juga mengajarkannya pada anak. PR banget buat orang tua, tapi selagi kita usaha pasti ada jalan kok.
jleb banget tulisannya.. sawang sinawang :(
ReplyDeletehm noted mbak :o
ReplyDelete