Dua minggu sebelum lebaran yang lalu, Mas Ziandra tiba-tiba terkena sakit cacar air. Kami menduganya ia tertular dua minggu sebelumnya saat di rumah sakit, ketika dia periksa untuk sakit flunya yang tak kunjung sembuh sedang dia ingin ikutan puasa ramadhan. Saat bermain dengan anak disana ada seorang anak yang sepertinya terindikasi cacar air.
Ya, awalnya pasti yang saya rasakan adalah rasa bersalah. Kenapa dia belum imunisasi varicella (untuk mencegah cacar air), kenapa kami kurang mengusahakan untuk dia mendapatkan imunisasi itu. Tapi, ya sudah sih... gak ada guna juga kan terus merasa begitu, cukup merasa bahwa semua itu juga satu pelajaran baru buat kami untuk makin rajin menabung supaya bisa memberikan hak mereka untuk mendapatkan imunisasi di luar imunisasi wajib dari pemerintah.
Alhamdulillahnya, cacar air ini nggak yang sekomplicated campak. Cukup dengan menjaga daya tahan tubuh anak dan memberikan pengobatan luar saja. Kata dokter anak yang menangini Ziandra, sebenarnya bisa dikasih anti virus yang menyebabkan lebih cepat sembuh (kurang dari 2 minggu seperti masa sakit cacar air kebanyakan) tapi ada kemungkinan nanti ketika ada yang terkena cacar air dia bisa ketularan lagi. Padahal sifat cacar air sampai saat ini adalah, ketika anak sudah pernah kena maka ia nggak akan kena lagi nantinya.
Jadilah, kami memang meminta obat antivirusnya tetapi hanya untuk jaga-jaga jika saja cacar air ini mulai mengganggu aktivitas mas Ziandra.
Kata dokter, adiknya pasti akan kena juga karena penanganan cacar air harusnya di inkubasi. Penularan bisa dikatakan sangat cepat karena bisa melalui udara. Dan emang bener sih, dapet dua minggu mas Ziandra sembuh, H+1 lebaran gantian adiknya yang kena. Nggak sampai ke dokter, karena kita sudah mulai mengerti cara penanganannya tanpa perlu minum obat.
Pokok anak masih tetap mau makan, dan istirahat yang cukup, insyaAllah dalam kurun waktu dua minggu mereka akan sembuh.
Saat mas sakit dan tau adik pasti tertular, saya seakan menunggu bom waktu. Wkwkwk, lebay? Iyak.
Karena kami memiliki rencana untuk libur lebaran di Malang, kalau adik sakit maka gatot deh rencana. Tapi kalau misal adik gak sakit saat itu dan kami bisa liburan ke Malang, jangan-jangan adik sakitnya sepulang liburan yang artinya mendekati saat masuk sekolah. Waaaah, ini lebih gawat... karena ini adalah momen pertama adik masuk TK, kan nggak asik kalo hari pertama dah ijin nggak masuk. Pengennya sih adik nggak tertular ya, itu sih doa saya tiap hari... tapi ya tetep semua dipasrahkan ke Allah, karena Allah tau yang terbaik.
Liburan memang asik, tetapi momen pertama masuk sekolah tentu tak kalah asik. Hehe. Alhamdulillah sekarang semua sudah sembuh dan adik mengawali masuk TK dengan gembira.
Alhamdulillah hal yg dikhawatirkan tidak terjadi. Dan rencana tetap berjalan sesuai harapan.
ReplyDeleteAlhamdulillah mbak... Allah tau yang terbaik...
Deletemba Share dong penangan cacar airnya tanpa pake obat?jadi penasaran juga ni jaga2 kalau anakku kena cacar.
ReplyDeleteSehat2 untuk keluarga y mba
Beberapa saudara menyarankan untuk menggunakan jagung muda mbak, dibalurkan ketubuh anak. Tapi karena anakku nggak mau jadinya menggunakan salep dari dokter mbak, Acyclovir 5% dioleskan kebenjolannya satu-satu setelah habis mandi pagi dan sore.
DeleteOia, sebelumnya saat tau anakku kena cacar air tindakan pertama aku kasih degan hijau mbak. Membantu supaya benjolannya bisa keluar dengan cepat. Karena sifat cacar air kata dokter benjolannya itu keluarnya nggak bersamaan 1-2 mulai mengering baru keluar lagi yang lain... Jadi penyembuhannya agak lama. Sedang setelah dikasih degan hijau itu benjolan seperti serentak keluar bersamaan, langsung banyak gitu.
Selain itu dijaga juga nafsu makan anaknya mbak, dilihat juga apa sampai kena sariawan juga karena kadang bisa sampai sariawan yang nyebabin nafsu makannya turun.
Alhamdulillah udah pada sehat ya nge anak2 :)
ReplyDeleteIya cacar emang gampang menular, dulu waktu kecil jg aku dan kakak2 sakit cacarnya barengan :D
ReplyDelete