Zianka dan A B C

Ada apa antara Zianka dan A B C?

Sebenarnya ini merupakan postingan bentuk pengakuan dosa saya, hehehe. Karena bisa dikatakan saya sedikit terlena saat berhadapan dengan Zianka. Rasanya energi dan fokus nggak seperti waktu masih ngajar Ziandra dulu. Tapi, ya itu mungkin hanya perasaan saya aja, karena ya itu terlena saat saya merasa Zianka apa-apa kok bisa sendiri tanpa saya perlu banyak terjun langsung ngajari. Dia meniru masnya, dan alhamdulillah semua yang ditiru itu hal yang baik.

Lalu, apa kesalahan saya?

Ini saat saya menuruti saran guru ngaji Ziandra dan Zianka, mengikutkan Zianka untuk belajar ngaji juga. Benar-benar bukan salah guru ngajinya, karena maksud mereka pastinya baik. Sayanya yang kecepetan mengiyakan, kurang pikir panjang.

Untuk urusan ngaji, memang nggak ada masalah. Yang menjadi masalah adalah saat Zianka belajar baca. Eits, tapi ini nggak terkait dengan wacana anak nggak boleh diajari baca sebelum tujuh tahun ya.

Kesalahan waktu itu adalah, Zianka langsung belajar baca dengan metode suku kata sedangkan dia sendiri huruf-huruf belum kenal betul. Dia bisa mengikuti belajar baca, walau diawal hanya seperti menghafal saja. Saya kira karena saya tidak memforsir, tetap semau dia maka nggak akan ada masalah. Tapi ternyata tidak. Namanya anak kecil kan, hal yang diulang terus menerus lama-lama ya melekat. Inilah masalahnya.

Ketika akhirnya saya coba ajak dia menyebutkan huruf dia mulai kelabakan, nggak bisa. Cuman bisa kalau disebut secara berurutan, sedang ketika diacak... bubar jalan deh.

Sampai satu titik, saya ajak pelan-pelan belajar dan dia mulai mau barulah saya ngeh kesalahan saya. Ketika dia menyebutkan huruf c dengan ca, huruf r dengan ra. Jedueeeeer!! Ya, dia sudah tau huruf apa itu tapi pengucapannya salah, wajar karena dia tau ca dulu daripada huruf c, tau ra dulu daripada huruf r.

Sejak itu saya mulai latih dia mengenal huruf, awalnya pasti berat. Belum lagi dia yang kebolak balik antara b dan d, t dan f, s dan z, p dan q, i dan j. Tapi ya, mau gimana lagi, semua harus mulai dari awal. Dan saya memperbaiki dengan menggunakan metode tulis. Karena dia juga sudah mulai suka menulis, jadinya saya minta dia menuliskan huruf yang saya contohkan, dan setiap dia menulis 1 huruf dia juga harus melafalkan.

Capek, pastinya dia cepet capek dan bosen. Tapi satu sesi belajar nggak sampai 10menit, bisa lebih dari 10menit kalau dia banyak terdistraksi.

Alhamdulillah, sekarang dia sudah mulai fasih menyebutkan huruf-huruf dari sebuah kata. Walau kadang masih macet di b dan d 😃😃.

Semoga kesalahan saya ini, paling gak bisa jadi pembelajaran buat para emak lainnya. Hehe.