Sekolah.

Kemarin dan mungkin untuk beberapa hari kedepan euforia anak masuk sekolah untuk pertama kali setelah libur panjang, atau memang yang baru saja mulai sekolah akan banyak ditemui. Entah itu di status BBM, status di berbagai media social bahkan dipercakapan dalam sebuah grup. Terlebih sekarang oemerintah mengeluarkan himbauan 'tak mengapa telat masuk kantor dengan alasan mengantar anak sekolah.

  

Obrolan tentang sekolah ini sebenarnya sudah banyak dilakukan di grup emak-emak bahkan sebelum masuk sekolah. Bukan, bukan tentang himbauan itu tapi tentang pendaftaran sekolah, sekolah mana yang baiknya dipilih. Itu sudah jadi hot tpik bahkan sebelum lebaran kemarin. 

Sebenarnya saya nggak masalah dengan obrolan tentang sekolah, tapi ketika ngomongin sekolah mana yang sistem pengajarannya baik, saya biasanya cuman nyimak. Karena pembahasan itu kebanyakan uud, ujung-ujungnya debat. Hahaha. Ya iya lah mana ada yang mau sekolah anaknya dibilang jelek, hihi.

Ada satu percakapan tentang sekolah yang buat saya cukup lucu tapi juga buat jadi mikir.

A : Di sekolah ANU enak loh, anaknya gak ada PR. Jadi cukup anak dikasih tugas disekolah aja.

B : Eh, kok gitu. PR kan bisa buat salah satu alasan supaya anaknya dirumah belajar, paling gak pegang buku lah.

A : Lah, belajar kan nggak cuman kalo ada PR. Pas ulangan anak juga harus belajar kan.

B : Tapi ulangan kan nggak tiap hari.

A : Ya, disekolah kan dah full day. Masa' iya kudu disuruh belajar lagi di rumah. Bisa stress anaknya.

B : Lah, lagian masih kelas satu SD kok sekolahnya udah fullday.

A : Lagian, kalau PR itu bisa buat anak jadi sering dimarahin emaknya. 

B : Bilang aja emaknya gak mau repot.

Jeng jeeeeeng....

Percakapan seperti itu untungnya terjadi antara dua orang yang sudah bersahabat lama dan kenal luar dalam jadi nggak sampe ada yang sakit hati dan berujung keluar dari grup. Hahahaha.

Percakapan itu menarik buat saya. Pertama karena SD ANU itu salah satu SD yang saya rencanakan untuk anak-anak. Kedua tentang perlu tidaknya PR.

Kalau buat saya, PR itu antara perlu dan tidak perlu. Akan dirasa perlu kalau anak tidak mau belajar, bisa seperti dikatakan dalam percakapan diatas. PR jadi salah satu 'alat paksa' anak untuk belajar di rumah. PR juga bisa jadi satu alat untuk membantu bonding antara anak dan orang tua. Tau sendiri kan, makin besar anak dia makin asyik dengan dunianya sendiri.

Tapi akan menjadi tidak perlu, jika sejak dini kita membiasakan anak untuk belajar. Ada atau tidak ada PR. Seperti halnya membaca buku, jangan jadikan itu sebuah kewajiban tapi kesenangan. Begitu juga dengan belajar, buat semenarik mungkin supaya anak senang melakukannya tanpa terpaksa. Jika waktu belajar menyenangkan dengan pendampingan orang tua, tanpa PR ya... bonding antara orang tua dan anak tetap terjaga.