Saya akhir-akhir ini suka baca buku dengan tema keluarga, itu kalo novel. Sedangkan buku non fiksi saya suka tema parenting. Walau nggak semua buku akhirnya selesai saya baca, tapi buku tentang parenting bagi saya cukup menarik, dibanding buku non fiksi lain.
Dengan membaca buku parenting banyak masukan yang pastinya bisa didapat tentang bagaimana pola asuh anak. Tapi, seperti halnya masing-masing anak yang pastinya berbeda satu dengan yang lain maka pola asuhpun akan menyesuaikan terhadapnya.
Nggak lantas baca satu pola asuh dan diterapkan saklek kepada anak. Ambil yang sekiranya bisa diterapkan, orang tua pasti tau kebutuhan masing-masing anaknya.
Ada yang menerapkan no tv, apa salah? Ada yang no gadget, apa salah? Ada yang sudah mengajarkan baca tulis diusia dini, apa salah? Masing-masing orang tua memiliki pertimbangan sendiri dengan pola asuh yang diterapkan. Selain mencari yang sesuai dengan anaknya tentu mencari yang terasa pas dilakukan oleh orang tua. Karena kalaupun baik untuk anak namun orang tua tak nyaman penerapannya juga pastinya tak maksimal.
Hal yang menarik tentang pola asuh, saya alami ketika mendapati komentar orang tentang pola asuh yang saya terapkan untuk anak-anak. Komentar ada yang pastinya bisa diterima, dipertimbangkan untuk jadi masukkan, dan ada juga yang ya... abaikan saja.
Masih terasa lucu, ketika seseorang mengomentari pola asuh saya kemudian ditambah dengan sebaiknya... bla bla bla... yang menjurus supaya seperti snang komentator.
Jatuhnya... ngejudge.
Ya, tak jarang saya dibilang terlalu mengekang anak-anak karena porsi main diluar rumah yang tak sebanyak anak kebanyakan. Bahkan dituduh menjauhkan anak-anak dari mbahnya karena walau rumah dekat anak-anak seakan tak bisa bebas main di rumah mbahnya. Ah, banyak hal sudah rasanya omongan yang mampir.
Tapi, entah ya... dengan persetujuan suami, tentu setelah diskusi kami rasa kami tak perlu mengubah apa-apa. Mungkin perlu menjelaskan sedikit pada yang ngejudge atau menuduh, tapi ya tak perlu panjang lebar kali tinggi sampai orang tersebut mengerti. Nggak ngerti ya wes, pokok wes njelasno. Hahaha.
Sama dengan pola asuh yang mungkin teman-teman atau saya sendiri share. Ada yang setuju dan ada yang tidak, namun bagi saya itu hal yang wajar. Kalaupun tidak setuju saya lebih banyak diam, atau bertanya seperlunya melalui japri. Karena seperti yang saya tulis, pola asuh itu nggak bisa saklek. Mengajarkan kebaikan pastinya, tapi caranya nggak bisa satu cara diterapkan untuk semua.
Wong yang bapak ibunya sama aja pola asuhnya bisa sedikit beda. Tergantung anaknya, tergantung kebijakan orang tua, dan juga tergantung juga pada lingkungan sekitarnya. Yang jelas nggak ada kan orang tua yang pengen anaknya jadi nggak baik. Hehehe.
eh aku kayaknya pernah baca postingan m inge yang pas dijugde gegara posting foto si dedek latian ngaji di IG ya
ReplyDelete*hihi aku emang suka baca baca postingan lama
rasanya emang malesin ya klo diatur atur kudu gini gitu
padahal kan style parenting masing masing orang beda.
orang anaknya sendiri yang tau orang tuanya, masa kan orang lain tau yang baik yang mana ahehehe
hmmm klo bacaan aku lagi suka tema wanita urban.
kayaknya seiring siklus kehidupan yang berganti buku bacaan favorit juga ikutan berubah ya
Sebenerny sih kalo menurutku, parenting advice yg beredar dlm bentuk buku, artikel di inet dsb dsb itu semuanya baik. Cuma, kadang perlu disesuaikan implementasinya dengan lingkungan keluarga yang mau mengadaptasi saran itu. Ga ada yg salah, ga ada yg bener. Toh pelakunya kan si keluarga itu.
ReplyDeleteAnakku jg di rumah aja mainnya, ga aku biasain main di luar soalnya lingkungannya ga begitu bagus, trus ibu2nya ntar pada ngerumpi deh. Mendingan di rmh aja. Ahahaha
Sepakat, masukan boleh banyak tapi kita sendirilah yg nentukan apa yg terbaik buat anak2 kita.
ReplyDeleteBaik buat keluarga orang lain belum tentu tepat buat keluarga kita. Memang kita perlu pede.
Kalo ada org yg cenderung memaksakan pendapat ttg parenting, biasanya aku pelan2 menghindar & mundur teratur daripada terjebak debat kusir yg percuma