Jan 12, 2016

Bukan Kompetisi.

Mungkin terkadang tanpa sadar kita membandingkan satu anak dengan anak yang lain. Umur segini sudah bisa jalan, umur segitu udah bisa bicara, baru umur segini udah bisa baca, sudah umur sekian kok belum bisa berhitung dan lain sebagainya.

Nggak jarang juga sekarang muncul artikel-artikel tentang tumbuh kembang anak. Baik tidaknya mengajarkan sesuatu pada seorang anak, atau dampak-dampak buruk ketika anak diajarkan sesuatu terlalu dini.



Beberapa waktu lalu, ada yang bertanya pada saya. "Kok berani sih sharing tentang Mas Ziandra yang sudah bisa baca? Sekarang kan lagi gencar-gencarnya orang yang kampanye bahwa usia anak boleh diajarkan calistung itu umur 7tahun. Gak takut di nyinyirin?"

Awalnya saya cuman ketawa ditanya begitu. Saya bilang, "saya mah udah kebal ama nyinyiran orang. Mikirin nyinyiran orang yang ada kitanya malah nggak maju-maju, mending kalo nyinyirnya membangun, bisa diambil hikmahnya lah kalau sekedar nyinyir piye? Yang ada malah sakit hati sendiri."

Yup, Ziandra sekarang usianya 4tahun 3bulan. Alhamdulillah sudah mulai bisa membaca, walau dibeberapa bagian belum lancar. Untuk menulis, Ziandra sekedar bisa menuliskan secara berurutan huruf latin dan huruf hijaiyah.

Kalau ditanya, bagaimana awalnya Ziandra belajar baca?

Malah awalnya Ziandra lebih tertarik belajar iqro' daripada belajar membaca, kemudian setelah saya ikutkan ngaji di kampung, yang kebetulan ada belajar membacanya dia ternyata mau dan tertarik. Dan yang harus dicatat, TANPA ADA UNSUR PAKSAAN.

Jadi, Ziandra belajar itu semua bukan karena saya ingin dia lebih bisa daripada anak seusianya. Bukan karena biar nanti waktu emaknya arisan ada hal yang bisa dibanggakan dari anaknya. Bukaaaan. Karena semua anak ada masanya untuk bisa.

Seperti halnya saat Ziandra diusia 1tahun6bulan belum bisa bicara, hanya ah uh ah uh sambil nunjuk apa yang dia maksud. Sedangkan mungkin banyak anak seusianya yang bisa bicara panjang lebar nyanyi dengan suaru lucunya. Apa saya tidak khawatir? Tentu khawatir, tetapi tidak serta merta patah semangat. Walau orang bilang saya jarang ajak dia bicara, yang bikin saya pengen jambak-jambak rambut karena merasa tuh orang seenaknya aja ngomong, karena kalau masalah ajak ziandra bicara mah sampe berbusa-busa mulut saya, tapi tetap saya coba cara yang disarankan orang yang pastinya tetap masuk diakal.

Sampai akhirnya saya memasukkan Ziandra ke Paud. Usia belum genap 2tahun dan masuk paud, sekali lagi pasti ada yang nyinyirin donk, tapi ya sudahlah ini kan ikhtiar saya, ngurusin nyinyiran orang malah buang waktu.

Alhamdulillah 2bulan masuk paud, ziandra bisa bicara. Saat itu paud hanya sebagai satu tempat yang menjadi sarana Ziandra berkumpul dengan anak-anak lain dalam pengawasan guru dan juga saya sendiri. Karena ternyata, satu kemungkinan yang membuat Ziandra lambat dalam bicara stimulasi "dengan contoh"nya kurang. Ya, karena kalau di rumah Ziandra jarang bahkan sangat jarang bermain di luar rumah.

Jadi ya, setiap anak ada kurang dan lebihnya, tinggal bagaimana cara orang tua membantu seorang anak mengembangkan kelebihannya dan mengatasi kekurangannya. Bukan menjadikan anak untuk ajang pamer kebolehan apalagi kompetisi.

1 comment: