Hobi

Ketika hobimu mulai terasa membebani, maka pikirkan ulang! 

Kalimat di atas, beberapa waktu yang lalu saya tuliskan sebagai status disalah satu laman socmed. Pemikiran akan kalimat itu sebenarnya sudah lama, namun hanya mengendap dan menjadi pengingat untuk diri sendiri. Namun kemarin saat bersua dengan sahabat, kalimat itu kembali terucap dalam percakapan.

Mungkin sebagian yang membaca blog ini tahu bahwa salah satu hobi saya adalah koleksi (dan membaca) buku. Jika beberapa tahun lalu, mungkin saya harus menahan diri untuk membaca buku, bukan karena apa, tetapi karena memang belum bisa memiliki bukunya.namun sekarang jika saya menengok ke lemari buku, maka saya menemukan tumpukan buku yang belum saya baca dan entah kapan akan saya baca. --"

Yup, dulu saat awal bekerja mungkin buku merupakan salah satu barang mewah yang bisa saya miliki. Bisa menyisihkan uang tiap bulan untuk beli buku (diluar buku kuliah) rasanya merupakan satu perjuangan tersendiri. Sedang sekarang, entah karena akses untuk mendapatkan buku murah lebih mudah dan uang yang ada juga sedikit lebih banyak, jadi kemampuan untuk beli bukunya lebih besar dari pada waktu untuk bacanya.

Awalnya saya masih biasa saja, bahkan masih membuat list buku yang saya inginkan. 

Namun sekarang, saya mulai mengerem. Belanja buku mulai dibatasi, salah satu caranya dengan mulai memasukkan dana untuk beli buku ke dana buku-nya si krucils. Kemudian juga tidak lagi membuat list buku yang saya inginkan. 

Wish list itu terkadang sedikit menjadi beban buat saya, entah kenapa kalau sudah masuk wishlist rasanya harus cepet punya. --"

Dan rupanya hobi sendiri bisa menyebabkan kecanduan ya... seperti seorang teman yang mulai ikut-ikutan koleksi batu akik, hingga akhirnya uangnya lebih banyak kesedot untuk beli batu dibanding untuk kebutuhan sehari-hari. 

Lucu? Mungkin ketika dengar pengalaman orang rasanya lucu, namun kadang kita nggak sadar kalau mungkin kitapun sedang mengalaminya. ;)

Hobimu apa? Kalau mulai membebani, pikirkan lagi yaaaa... ;)